Halo, Cattlebuffalove!
Susu merupakan salah satu sumber nutrisi yang baik bagi pertumbuhan mamalia, termasuk manusia. Hal ini dikarenakan susu kaya akan kandungan nutrisi seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin. Selain itu, secara alami susu juga mengandung laktosa yang merupakan sumber energi serta karbon bagi manusia. Laktosa yang terkandung pada susu perlu dihidrolisis terlebih dahulu menjadi glukosa agar dapat diserap oleh dinding usus dan memasuki peredaran darah (Ingram, dkk., 2009). Proses hidrolisis glukosa menjadi galaktosa ini memerlukan suatu enzim yaitu enzim laktase yang terletak pada brush border mukosa usus halus. Adanya defisiensi dari enzim laktase dapat menyebabkan suatu kondisi yang disebut intoleransi laktosa (Sinuhanji, 2006).
Intoleransi laktosa merupakan suatu kondisi yang sering terjadi karena tidak tercernanya laktosa dengan baik. Laktosa yang tidak dapat terhidrolisa dari glukosa menjadi galaktosa inilah yang nantinya dapat mengakibatkan beberapa manifestasi klinis seperti sakit perut, mual, muntah, kembung, hingga diare (Heyman, 2006). Beberapa industri susu dunia memanfaatkan enzim laktase (-galaktosidase) untuk dapat mengatasi masalah ini dengan memproduksi susu bebas laktosa (free-lactose milk). Umumnya lebih dari 70% laktosa yang ada pada susu bebas laktosa ini telah terhidrolisis. Tingkat hidrolisis laktosa yang tinggi ini dapat membantu menangani masalah intoleransi laktosa pada manusia sehingga masyarakat dapat meminum susu tanpa takut merasa tidak nyaman pada pencernaanya.
Proses pemecahan laktosa menjadi monosakarida, glukosa, dan galaktosa yang terjadi pada susu bebas laktosa sama dengan proses pemecahan laktosa yang terjadi di dalam saluran pencernaan. Proses tersebut terjadi karena adanya penambahan enzim laktase pada susu yang kemudian dilanjut dengan inkubasi pada suhu yang sesuai dengan aktivitas dari enzim laktase. Proses selanjutnya, susu akan dipanaskan (pasteurisasi) terlebih dahulu untuk mengaktifkan enzim laktase. Proses yang sama dilakukan juga pada produk susu UHT, hidrolisis laktosa secara enzimatik dilakukan sebelum proses UHT. Produk susu dengan laktosa terhidrolisis ini akan memiliki rasa manis yang alami tanpa adanya penambahan gula. Hal ini dapat memberikan keuntungan pada industri susu sehingga tidak perlu lagi menambahkan gula atau gula reduksi dalam penyajiannya (Nyoman S.Antara, 2016).
Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa susu yang bebas laktosa dapat membantu menurunkan penyakit diare pada anak-anak yang disebabkan oleh rotavirus. Berdasarkan fakta anak-anak dengan usia dibawah 5 tahun sangat rentan terkena penyakit diare yang disebabkan oleh rotavirus. Diare yang disebabkan oleh rotavirus ini bahkan bisa menyebabkan kematian dengan angka 352.000 sampai 592.000 orang secara global per tahunnya, terutama di negara berkembang. Pemberian susu bebas laktosa ini dapat membantu menurunkan durasi diare pada anak yang mengalami penyakit gastroenteritis akut (Dalgic dkk, 2011).
Sumber:
Agus, Zainal Arifin Nang. 1996. Intoleransi Terhadap Air Susu (Milk Intolerance). Bagian Biokimia, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. 28(2) : 99-103.
Antara, Nyoman S. Food Ingredients FoodReview Indonesia Focus. 51-53
Fatmawati, Andi., Yanty, Netty Vonny. 2013. Pengaruh Pemberian Susu Bebas Laktosa Terhadap Karakteristik Buang Air Besar Pasien Anak 1 – 24 Bulan Dengan Diare Akut Di Ruang Perawatan Anak RSU Anutapura Palu 2013. Jurnal keperawatan. 1(2) : 85-90.
Intanwati, Sherly. 2012. Intoleransi Laktosa. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Malang