Halo, Cattlebuffalove!
Kerbau merupakan salah satu jenis hewan ruminansia yang dikembangbiakkan oleh para peternak di Indonesia. Beternak kerbau sudah menjadi tradisi turun temurun yang dilakukan khususnya oleh masyarakat yang ada di pedesaan. Masyarakat dahulu biasanya beternak kerbau untuk dimanfaatkan tenaganya, seperti membajak sawah, menarik atau mengangkut kayu, penarik kendaraan tradisional, dan sebagainya. Akan tetapi, seiring berkembangnya teknologi, tenaga kerbau sudah tergantikan oleh mesin yang dianggap lebih efisien dan mudah digunakan sehingga para peternak tidak lagi tertarik untuk beternak kerbau, sehingga menyebabkan industri ternak kerbau mengalami penurunan. Selain itu, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang potensi besar yang dapat dimanfaatkan dari kerbau juga menjadi alasan kenapa mereka enggan untuk mendirikan usaha di bidang peternakan kerbau ini.
Setiap tahun populasi kerbau di Indonesia terus mengalami penurunan. Penurunan populasi ini mulai terjadi pada tahun 2009. Jika dilihat dari data Badan Pusat Statistik, populasi kerbau nasional terus meningkat dari tahun 2000-2004 yaitu sebanyak 2.403.298 ekor. Akan tetapi, terjadi penurunan populasi hingga pada tahun 2021 hanya ada sebanyak 1.189.260 ekor. Padahal, ternak kerbau di Indonesia jika dikembangkan mempunyai potensi yang sangat besar karena potensi dari kerbau tidak hanya pada tenaga saja, kerbau dikatakan sebagai hewan ternak dwiguna karena dagingnya yang tidak kalah lezat dengan daging sapi. Akan tetapi, masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa kerbau hanya bisa dimanfaatkan tenaganya saja. Padahal tidak demikian, kerbau juga bisa dimanfaatkan dagingnya karena memiliki rasa dengan karakteristik tersendiri. Tidak beda jauh dengan sapi, daging kerbau bisa dibilang enak dan cukup disukai banyak orang. Selain itu, kerbau juga bisa dimanfaatkan untuk memproduksi susu. Tidak sedikit juga orang-orang yang menjadikan susu kerbau sebagai bahan untuk dijadikan produk olahan makanan.
Apabila diolah, daging kerbau mempunyai karakteristik sendiri yaitu, memiliki lebih banyak serat tetapi cukup empuk. Selain itu, ternak kerbau juga dapat dikembangkan potensinya sebagai penghasil susu. National Research Council (1981) di Amerika melaporkan bahwa susu kerbau memiliki kandungan zat padat (total solid) dan lemak yang lebih tinggi dari susu sapi, sehingga memiliki cita-rasa yang lebih tinggi. Dari sini kita bisa melihat bahwa beternak kerbau juga tidak kalah berpotensi dibanding beternak sapi. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk membangun suatu usaha peternakan kerbau dan kembali menyuarakan bahwa beternak kerbau juga memiliki keuntungan yang tidak bisa dianggap remeh. Melihat besarnya potensi dari kerbau dapat dijadikan suatu peluang usaha yang cukup menjanjikan. Untuk itu, perlu adanya himbauan dan menyemarakkan kembali kepada masyarakat bahwa beternak kerbau juga memiliki keuntungan yang besar. Dengan demikian, diharapkan semangat masyarakat timbul untuk beternak kerbau sehingga populasi kerbau di Indonesia mengalami peningkatan.
Sumber:
Harmoko, Usman dan Zainal. 2022. Potensi Peternak Dan Struktur Populasi Kerbau. Jambura Journal of Animal Science. 4 (2) 110-116 (https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/jjas/article/download/13994/pdf)
Rusastra, I Wayan; Kasryno, Faisal. 1984. Analisa Ekonomi Usaha Ternak Kerbau di Indonesia. (http://repository.pertanian.go.id/handle/123456789/7576).