Halo, Cattlebuffalove!

Sering kita temui bahwa banyak orang yang mengganggap limbah sebagai bahan hasil pembuangan yang sudah tidak dapat dimanfaatkan kembali, sehingga keberadaannya menimbulkan masalah tersendiri bagi lingkungan. Namun, tidak selamanya limbah memiliki presepsi demikian. Melalui perkembangan penelitian, contohnya seperti limbah peternakan dapat diolah dan dimanfaatkan kembali sebagai bahan pupuk organik yang nantinya pupuk tersebut akan memberikan manfaat yang baik bagi lingkungan. Pupuk organik memiliki beberapa prinsip pertanian yang baik bagi lingkungan, yaitu prinsip kesehatan, ekologi dan perlindungan. Prinsip kesehatan ialah dengan melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman dan lingkungan. Prinsip ekologi dengan didasarkan pada proses dan daur ulang ekologi. Prinsip perlindungan ialah dengan menjaga kesehatan tanaman, tanah dan lingkungan berarti juga menjaga kesehatan hidup manusia, dan prinsip keadilan berarti melalui perbaikan kualitas tanaman, maka akan mampu menjamin kesetaraan antara kesehatan lingkungan.

Pupuk yaitu suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara atau nutrisi bagi tanaman untuk menopang tumbuh dan berkembangnya tanaman. Tanaman tidak serta merta tumbuh besar pada tanah, tanaman memerlukan unsur hara didalam tanah yang membuat kebutuhan nutrisi tanaman tersebut tercukupi. Unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti C, H, O (ketersediaan di alam melimpah), N, P, K, Ca, Mg, S (hara makro), dan Fe, Mn, Cu, Zn, Cl, Mo, B (hara mikro). Ketersediaan unsur hara di alam cukup sulit untuk dikontrol, dilingkungan tertentu ketersediaan unsur hara sudah semakin sedikit, sehingga apabila tanaman di tanam pada lingkungan tersebut maka tidak dapat tumbuh dengan maksimal. Penggunaan Pupuk organik nantinya akan mempertahankan kelembaban tanah, menjadi sumber zat-zat makanan bagi tumbuhan dan sebagai sumber makanan bagi pertumbuhan mikroorganisme dalam tanah (Lingga, 1997).

Pada ternak sapi, jumlah limbah yang dikeluarkan setiap hari berkisar 12% dari berat tubuh dan apabila tidak diolah dengan baik akan menjadikan limbah serta pencemaran lingkungan, karena limbah ternak mengandung NH3, NH, dan senyawa lainnya. Kandungan yang masih terdapat dalam limbah ternak dapat mencemari lingkungan dan masyarakat sekitar jika tidak dapat dikelola dengan baik. Limbah yang masih mengandung beberapa nutrien dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Pada prosesnya pupuk organik merupakan hasil olahan dari limbah ternak yang merupakan bahan organik, lalu didekomposisi oleh mikroorganisme sehingga menjadi bahan anorganik yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Proses dekomposisi ini akan berhenti setelah karbon dalam limbah ternak kadarnya menurun atau perbandingan C/Nnya sudah sesuai. Pada kondisi ini, limbah ternak telah mengalami kematangan menurut istilah petani “sudah dingin”. Limbah ternak yang telah mengalami kematangan inilah yang baik dijadikan pupuk tanaman. Sebagai contoh, senyawa yang mengandung Nitrogen sebagai hasil dekomposisi bahan organik salah satunya adalah amonium yang merupakan bentuk N pertama yang diperoleh dari penguraian protein melalui proses enzimatik yang dibantu oleh jasad heterotropik. Amonium inilah yang digunakan oleh jasad mikro pada tanah atau diubah menjadi Nitrat. Sedangkan Nitrat merupakan hasil akhir dari dekomposisi senyawa nitrogen. (Hakim, 1986).

Pada dasarnya kandungan unsur hara pupuk organik dilihat dari kandungan unsur hara limbah ternak, semakin tinggi kandungan bahan organik pada limbah ternak maka semakin tinggi pula kadar N, P, K yang akan dihasilkan pada pupuk. Kandungan unsur hara dalam limbah ternak bervariasi tergantung pada keadaan tingkat produksinya, jenis, jumlah konsumsi pakan, serta karakteristik individu ternak sendiri (Abdulgani, 1988).  Kandungan unsur hara dalam limbah ternak yang penting untuk tanaman diantaranya unsur nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium (K). Ketiga unsur inilah yang paling banyak dibutuhkan oleh tanaman. Ketiga jenis unsur hara ini sangat penting diberikan karena masing-masing memiliki fungsi yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman.

Unsur nitrogen adalah unsur hara makro utama yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak, diserap tanaman dalam bentuk amonium (NH) dan nitrat (NO) (Gardner dkk, 1991). Hanafiah (2007) dalam bukunya menyatakan bahwa Nitrogen menyusun sekitar 1,5 % bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein.

Unsur fosfor sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman, fosfor di tanah Indonesia memiliki kandungan yang cukup rendah dikarenakan tipe tanahnya yang podsolik dan litosol, sehingga penanaman tanpa memperhatikan suplai fosfor kemungkinan besar akan gagal akibat defisiensi fosfor. Jika kekurangan fosfor, pembelahan sel pada tanaman terhambat dan pertumbuhannya kerdil (Foth, 1994).

Unsur kalium berfungsi dalam pembentukan protein dan karbohidrat, selain itu, unsur ini juga berperan penting dalam pembentukan antibodi tanaman untuk melawan penyakit. Ciri fisik tanaman yang kekurangan kalium yaitu, daun tampak keriting, dan mengilap. Lama kelamaan, daun akan menguning di bagian pucuk dan pinggirnya.

Cattlebuffalove, dari penjelasan mengenai pentingnya pupuk bagi tanaman dan bagaimana tanaman memanfaatkan unsur-unsur yang terkandung dalam pupuk tersebut dapat membuat kita lebih peka terhadap kesehatan lingkungan. Apabila kita mau mempelajari dan mengembangkan sesuatu yang ada disekitar kita serta mengerti dampak baiknya, maka jangan sia-sia hal terebut demi kebaikan kita bersama. Sekecil apapun usahamu, akan berdampak besar jika terus dilakukan.

SUMBER :

Abdulgani, I. K., 1988. Seluk Beluk Kotoran Sapi serta Manfaat Praktisnya. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor: Bogor

Foth, D.H., 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan: Herawati Susilo. UI Press, Jakarta.

Hakim Nurhajati. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Hanafiah, K. A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Lingga, Pinus. 1997. Hidroponik: bercocok tanam tanpa tanah. Penebar Swadaya. Jakarta.

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »