Halo, Cattlebuffalove!

Limbah peternakan masih menjadi menjadi penyumbang emisi gas terbesar khususnya di pulau jawa, meningkatknya jumlah peternakan menyebabkan bertambahnya limbah dari kegiatan beternak ini dikarenakan kurangnya pengetahuan dari sebagian peternak dalam mengelola limbah. Akibatnya limbah yang menumpuk dibiarkan begitu saja sehingga terjadi pencemaran terhadap lingkungan. Penambahan jumlah tersebut menyebabkan tingkat pencemaran lingkungan yang tinggi antara lain menyebabkan bau tidak sedap yang mengganggu kenyamanan lingkungan sekitar, endemik bibit penyakit, dan air resapan tanah dan sungai menjadi beracun dan bau.

Dalam kotoran sapi terkandung gas metana (CH4) apabila dibuang secara bebas ke atmosfir akan menyebabkan efek rumah kaca, proses ini berakibat suhu bumi menjadi tinggi, ini adalah yang disebut dengan pemanasan global (global warning), yang secara langsung meningkatkan intensitas frekuensi angina topan, merubah komposisi hutan, mengurangi prod uksi pertanian, menghancurkan biotalaut sehingga ikan mengalami kekurangan makanan dan ekosistem laut menjadi hancur.

Sebetulnya sudah banyak upaya dalam pemanfaatan limbah peternakan, hanya saja sedikit peternak yang menerapkannya dikarenakan keterbatasan biaya dll. Salah satu upaya pemanfaatan limbah peternakan adalah briket. Briket adalah bahan bakar padat yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif yang mempunyai bentuk tertentu dan merupakan sumber energi yang berasal dari biomassa yang biasa digunakan sebagai energi alternatif pengganti minyak bumi dan energi lain.

Kenapa harus briket? Mungkin ada pertanyaan itu dalam benak kalian. Jawabannya proses pembuatan yang sederhana, biaya pembuatan briket yang murah dan pengemasan briket yang mudah dibawa. Dilihat dari aspek jumlah sisa produksi, pemanfaatan kotoran sapi menjadi briket arang adalah pilihan terbaik.

Sumber

Hasto Soebagia, dkk. 2021. Analisis Peningkatan Gas Metana (Ch4) Pada Digester Portabel Dengan Kotoran Sapi Sebagai Sumber Energi Biogas Berbasis Internet Of Things (Iot). Jurnal Teknik. 22(1):19-26.

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Translate »