Kerbau merupakan ternak ruminansia besar yang memiliki nama latin Bubalus Bubalis. Pada umunya, ada tiga jenis kerbau yang ada di Dunia. Pertama, kerbau liar (B. bubalus arnee), Kerbau sungai (Bubalus bubalis bubalis) dan kerbau lumpur (B. bubalis carabauesis). Kerbau yang ada di Indonesia hanya ada dua jenis yaitu kerbau sungai dan kerbau lumpur (Hasinah dan Handiwirawan, 2006).

Populasi kerbau di Indonesia memiliki jumah yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan populasi sapi. Selain itu, dari tahun ke tahun populasi kerbau semakin menurun dan jarang ditemui dibeberapa daerah di Indonesia. Belum lagi kini tenaga kerja kerbau sudah digantikan oleh mesin-mesin untuk membajak sawah ataupun mengangkut barang. Sehingga, para petani ataupun peternak sudah jarang yang berternak kerbau.

Kerbau sering di gembalakan di sawah, kebun dan sungai. Hal yang sering diingat dari kerbau tentunya adalah sifatnya yang suka berkubang. Hal ini tentu menjadi sebuah pertanyaan mengapa kerbau suka berkubang sedangkan sapi ataupun ruminansia besar lainnya tidak demikian?

1.      Kerbau Tidak Tahan Panas

Secara alamiah kerbau termasuk salah satu hewan yang tidak tahan panas atau dengan cuaca panas. Suhu tubuh normal kerbau berkisar antara 38,2-38,4◦C dan berada dalam keseimbangan lingkungan sekitar 22-30◦C (Parakassi, 1999). Oleh karena memiliki suhu tubuh yang memiliki panas tinggi maka kerbau tidak tahan dengan suhu panas dari lingkungan. Sehingga, cara untuk mempertahankan suhu tubuh kerbau yaitu dengan berkubang di lumpur atau di air.

2.      Sifat Fisiologis Kerbau

Alasan kedua yang menyebabkan kerbau suka berkubang yaitu karena sifat fisiologis kerbau. Menurut Fahimuddin (1975) Faktor kerbau suka berkubang adalah karena kerbau memiliki kelenjar keringat yang sedikit yaitu sepertiga dari sapi dan kerbau memiliki rambut yang jarang. Robey (1976) juga menambahkan bahwa pigmen kulit kerbau yang gelap dapat mempengaruhi suhu tubuh kerbau karena warna gelap dapat menyerap kalor lebih tinggi.

3.       Koefisien Tahan Panas (KTP) Rendah

Jika dilihat dari aspek Koefisien Tahan Panas atau KTP kerbau mempunyai Koefisien Tahan Panas yang rendah (Cockrill, 1984). Oleh Karen KTP yang rendah ternak kerbau sangat rentan menderita cekaman panas. Bila tidak terdapat teduhan atau kubangan maka ternak kerbau akan kesulitan dalam membuang panas dari tubuhnya. Suhu rektal dan angka respirasi pada ternak kerbau bertambah lebih cepat jika terkena sinar matahari. Sehingga kerbau sangat peka terhadap perubahan suhu dari lingkungannya.

Itulah beberapa faktor yang menyebabkan kerbau suka berkubang di rawa ataupun di air. Namun, keistimewaan yang dimiliki kerbau adalah mampu mengembalikan suhu tubuh menjadi normal dengan cepat jika ternak kerbau berteduh ataupun berkubang. Hal tersebut karena kerbau memiliki pembuluh darah perifer yang banyak dan mudah terjadi Validasi.


Sumber:
Hasinah, H dan Handiwirawan, 2006. Keragaman Genetik Ternak Kerbau di Indonesia. Posiding Lokarya Nasional Usaha Ternak Kerbau Mendukung Program Kecukupan Daging Sapi Pusat. Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.

Parakkasi, 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Penerbit UP. Jakarta.

Fahimuddi, 1975. Ternak Kerbau. Fakultas Peternakan. Universitas Andalas. Padang.

Robey, C.A Jr, 1976. Physiological Responses of Waret Buffalo in the Florida Environment.M.S. Thesis University of Florida, Cainsville, Flora, UCA.

Cockrill, W.R. 1984. Water Buffalo in. Evulotion of Demosticate Animals. Masson Publisheh. Longman London and New York.

Translate »