Halo, Cattlebuffalove!

Sapi perah merupakan ternak yang memenuhi kebutuhan sumber protein hewani manusia melalui susu yang dihasilkannya. Pemenuhan protein hewani penting dilakukan karena berdampak pada peningkatan kualitas hidup masyarakat. Akan tetapi, tingkat konsumsi susu di Indonesia masih dibawah rata-rata apabila dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, yaitu berada pada angka 16.27 kg/kapita/tahun. Hal ini disebabkan oleh jumlah produksi susu segar dalam negeri (SSDN) yaitu 946.912,81 ton/tahun (BPS, 2020) yang belum dapat mencukupi kebutuhan konsumsi susu di Indonesia. Salah satu faktor penyebab jumlah produksi SSDN rendah yaitu maraknya penyakit yang menyerang ambing pada sapi perah atau sering disebut dengan mastitis (Saleh, 2004).

Mastitis adalah suatu penyakit radang ambing yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyerang sel-sel kelenjar susu (Mirdayanti dkk, 2008). Berbagai jenis bakteri telah diketahui sebagai agen penyebab penyakit mastitis, antara lain: Streptococcus agalactiae, Str. disgalactiae, Str. uberis, Streptococcus zooepidemicus, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Enterobacter aerogenees, dan Pseudomonas aeruginosa (Akoso, 1996). Mastitis dapat menyebabkan kerugian sangat signifikan bagi peternak berupa penurunan produksi, penurunan kualitas susu, peningkatan pengeluaran biaya untuk kesehatan hewan, tingginya jumlah ternak yang diafkir sebelum waktunya, dan tidak jarang menyebabkan kematian.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan sebagai Tindakan preventif pada penyakit ini ialah dengan melakukan teat dipping. Teat dipping merupakan proses mencelupkan puting ternak ke dalam larutan antiseptik setelah pelaksanaan pemerahan. Hal ini dikarenakan pasca pemerahan saluran puting (teat meatus) masih terbuka sehingga menyebabkan kuman atau bakteri lebih rentan masuk ke dalam ambing. Penggunaan antiseptik dengan jenis iodine, chlorhexidine, dan chlorine dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme (Siregar, 2010).

Selain antiseptik yang telah disebutkan sebelumnya, adapula alternatif antiseptik lain yang berasal dari bahan alami dan telah diuji melalui penelitian. Beberapa penelitian antiseptik herbal yang telah dilakukan yaitu dari daun kersen (Muntingia calabura L.) (Zakaria dkk., 2006), daun sirih merah (Piper crocatum) (Hariana, 2007 dalam Reveny, 2011), biji dan kulit anggur (Roh dan Kang, 2014), tanaman babandotan (Ageratum conyzoides) (Galati, dkk., 2009), dan tanaman kemangi (Ocimum basilicum L.) (Udin, Humaidah, dan Kentjonowaty, 2020). Penggunaan tanaman herbal sebagai antiseptik teat dipping tidak menimbulkan resistensi, lebih alami, dan meminimalisir masuknya zat-zat kimia antiseptik ke dalam susu. Selain itu, teat dipping herbal berjangka pada sapi perah dapat mencegah mastitis dengan biaya yang lebih murah.

Sumber :

https://www.bps.go.id/indicator/24/493/1/produksi-susu-segar-menurut-provinsi.html

Akoso, T. B. 1996. Kesehatan Sapi. Kanisius. Yogyakarta.

Mirdayanti, I., Handoko, dan Putra. 2008. Mutu Susu Segar di UPT Ruminansia Besar Dinas Peternakan Kabupaten Provinsi Riau. http://www.uinsuska.info/faperta/attachme nt.103.jurnal%20irdha.pdf.

Saleh, E. 2004. Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Jurnal Program Studi Produksi Ternak Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara.

Siregar, A.Z. 2010. Pengaruh Teat Dipping Sari Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia L.) Terhadap Kasus Mastitis Subklinis pada Sapi Perah Berdasarkan Pemeriksaan Total Plate Count. http://www.fkh. unair. ac.id/artikel1 /2010/ ARTIKEL%20ILMIAH % 20A.pdf.

Sri Wahyuni, Inggit Kentjonowaty, dan Nurul Humaidah. 2021. Efektivitas Teat Dipping Herbal Sebagai Pencegahan Mastitis Subklinis.

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Translate »