Halo Cattlebuffalove!
Seperti yang kita ketahui, bahwa limbah merupakan salah satu bahan sisa dari suatu industri. Menurut Kepmenperindag (1997) limbah adalah suatu barang sisa buangan yang berasal dari suatu proses produksi dan sudah mengalami perubahan fungsi dari aslinya. Limbah dapat dihasilkan dari berbagai industri, salah satunya industri peternakan sapi potong. Tidak dapat dipugkiri, ternak selalu menghasilkan sisa buangan atau limbah baik itu berupa limbah cair, padat, maupun gas. Limbah peternakan yang dibuang langsung ke lingkungan tanpa diolah, akan mengkontaminasi udara, air, dan tanah sehingga menyebabkan polusi.
Pada dasarnya, limbah tidak dapat dicegah namun keberadaanya dapat diolah menjadi suatu produk yang bermanfaat, itu pun jika ditangani dan diolah dengan sesuai. Berbagai inovasi telah dilakukan dalam upaya mengolah limbah peternakan menjadi suatu barang yang bernilai. Salah satunya mengolah limbah peternakan sapi potong yang meliputi feses dan urin menjadi pupuk organik cair atau POC.
Pupuk organik cair (POC) adalah suatu cairan yang berasal dari limbah hewan atau tumbuhan yang telah mengalami fermentasi dan mengandung bahan kimia maksimum sebesar 5 % (Parnata, 2004). Jika dibandingkan dengan pupuk organik padat, pupuk organik cair memiliki kelebihan yang jauh lebih baik, yaitu mudah untuk diaplikasikan, kandungan unsur hara yang terkandung di dalamnya mudah diserap tanaman, mengandung mikroorganisme yang tidak terdapat dalam pupuk organik padat, mampu megatasi defesiensi hara, dan mudah diaplikasikan pada media tanam maupun disemprotkan pada daun (Fitria, 2013; Tanti, 2019). Pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, juga membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang.
Ada berbagai macam cara pembuatan POC, salah satunya yaitu dengan teknik ekstraksi dekomposan. Proses tersebut meliputi :
- Membuat dekomposan yang terdiri dari feses sapi dan jerami padi. Perbandingan bahan dihitung menggunakan perhitungan nisbah C/N (30). Selain itu, kandungan air nya pun harus diperhatikan. Kandungan air berkisar antara 40-60%, dengan kandungan air optimum pada kisaran 55%.
- Kedua bahan (feses dan jerami) yang sudah ditimbang dicampurkan sampai homogen.
- Siapkan karung
- Pada dasar karung ditambahkan jerami kering yang berfungsi untuk menyerap kelebihan air pada campuran, kemudian padatkan.
- Selanjutnya masukkan campuran bahan yang sudah homogen diatas jerami kering, lalu padatkan.
- Pada bagian paling atas ditambahkan juga jerami kering yang berfungsi untuk menyerap bau yang timbul pada proses dekomposisi.
- Terakhir, tutup menggunakan karton dengan luas selebar diameter karung, untuk mencegah penguapan dan menahan panas tidak keluar dari tumpukkan bagian atas.
- Ikat karung, lubangi di setiap tahapan bagian jerami untuk mengukur suhu didalamnya.
Proses dekomposisi berlangsung selama 7 hari. Ciri fisik dekomposisi yang baik, yaitu berbau tanah dan mengandung hifa. Setelah 7 hari, dekomposan dikeluarkan dari karung dan diangin-anginkan selama 7-14 hari atau sampai kadar air kurang lebih 20%. Dekomposan kering, kemudian diekstrak menggunakan air panas dan dilakukan filtrasi. Filtasi menghasikan filtrat (bahan baku POC) dan substrat (bahan baku pupuk organic padat).
Setiap 1 kg dekomposan menghasilkan 4 liter POC. Kemudian filtrat hasil filtrasi diinkubasi dalam tong plastic. Selama inkubasi harus dilakukan aerasi setiap hari. Aerasi dilakukan hingga fitrat tidak berbau dan tidak mengendap bila disimpan dalam waktu relatif lama. Ciri fisik POC yang baik adalah berwarna kuning kecoklatan, pH netral, tidak berbau, dan memiliki kandungan unsur hara tinggi. Selain filtrate, substrat sisa filtarsi dapat dijadikan sebagai pupuk organik padat seperti vermicompost.
Gimana nih cattlebuffalove, mudah bukan pembuatan POC ini? Untuk lebih jelasnya jangan lupa cek social media kita yaa. Proses pembuatan POC juga dapat disaksikan di channel youtube “Cattle Buffalo Club”
Daftar Pustaka
Fitria, Yulya. 2013. Pembuatan Pupuk Organik Cair dari Limbah Cair Industri Perikanan Menggunakan Asam Asetat dan EM4 (Effective microorganisme 4). Pp 72. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia. 1997. Prosedur Impor Limbah. Nomor 231/MPP/Kep/7/97
Parnata, A.S. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. Jakarta. Agro Media Pustaka.
Tanti, N., Nurjannah, N., & Kalla, R. 2019. Pembuatan Pupuk Organik Cair Dengan Cara Aerob. ILTEK: Jurnal Teknologi, 14(2), 2053-2058.