Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat melimpah. Salah satu keanekaragaman hayati yang perlu mendapat perhatian lebih adalah kerbau, sebab populasinya kini cenderung menurun setiap tahunnya. Di Toraja ternak kerbau dijadikan sebagai ternak pelengkap pada acara sosial keagamaan. Di daerah kabupaten Blora dan Banten, peminat daging kerbau lebih tinggi dimana masyarakat lebih suka mengkonsumsi daging kerbau. Berdasarkan data statistik populasi sejak tahun 2000 sampai 2008 populasi ternak kerbau tidak meningkat dan cenderung menurun 8,85% dengan rataan tingkat penurunan sebesar 1,03% per tahun selama kurun waktu delapan tahun. Penurunan populasi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain rendahnya produktivitas ternak kerbau, masih tingginya angka kematian ternak, dan pemotongan betina produktif dimana angka pemotongan betina produktif mencapai 71,77% seperti yang terjadi di Nusa Tenggara Barat.

Rendahnya produktivitas kerbau dari ternak yang lain ialah pertumbuhannya lambat, durasi periode birahi kembali panjang, masa kebuntingannya lama (lebih panjang dari sapi) dan timbulnya  gejala birahi yang sulit di deteksi. Selain itu terbatasnya bibit unggul, rendahnya kualitas pakan, kurangnya modal, dan rendahnya pengetahuan petani terhadap reproduksi kerbau.

Pertimbangan ekonomi masih menjadi salah satu alasan peternak tidak mengembangkan kerbau. Tak sedikit peternak kerbau yang hanya memelihara sampai besar dan saat membutuhkan uang kemudian menjualnya. Penerapan teknologi dalam pemeliharaan kerbau terbatas sekali karena masih rendahnya orientasi ekonomi peternak. Ternak kerbau di Vietnam menyumbang 35% dari total produksi daging nasional. Pemeliharaan ternak kerbau lebih tradisional dari pada ternak sapi, sehingga produktivitasnya menjadi lebih rendah. Semua potensi ini belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat, karena masih adanya pendapat bahwa produktivitas ternak kerbau lebih rendah dari ternak sapi. Oleh karena itu, kini sudah waktunya memperlakukan ternak kerbau setara dengan perlakuan yang diberikan terhadap ternak sapi.

Ternak kerbau sebagai penghasil susu, perlu digali dan dikembangkan potensinya, khususnya untuk daerah yang selama ini mengusahakannya seperti Sumatera Utara, Sumatera Barat dan sekitarnya, serta wilayah-wilayah yang potensial untuk pengembangannya. Menurut National Research Council (1981), di Amerika melaporkan bahwa susu kerbau memiliki kandungan zat padat (total solid) dan lemak yang lebih tinggi dari susu sapi, sehingga memiliki cita-rasa yang lebih tinggi. Oleh sebab itu industri pengolah lebih menyukai susu kerbau, karena lebih memberi keuntungan ekonomi dalam pengolahannya. Sebagai contoh untuk menghasilkan satu kg keju dibutuhkan lima kilogram susu kerbau, sedangkan untuk menghasilkan komoditi yang sama dibutuhkan delapan kg susu sapi.

Inovasi yang harus dilakukan untuk meningkatkan populasi ternak kerbau khususnya di Indonesia adalah dengan melakukan perlindungan, pelestarian, dan pengelolaan ternak kerbau, yang meliputi peningkatan mutu genetik melalui grading up, revitalisasi dan pengembangan kawasan pembibitan kerbau rakyat melalui penataan kelompok, dan pelaksanaan biosecurity secara tepat terutama pada kawasan pembibitan. Selain itu juga perlu diadakan sosialisasi kepada para peternak kerbau bahwa kerbau merupakan investasi yang menguntungkan di masa depan.

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

Translate »