Webinar Series CBC – Sapi Perah dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus 2020 dengan tema “Industri Peternakan Sapi Perah di Era Adaptasi Kebiasaan Baru” yang dibuka secara resmi oleh Rizkan Primadia sebagai Ketua Umum Cattle Buffalo Club. Kegiatan ini terbagi menjadi dua sesi. yaitu sesi pertama dilakukan dengan pemaparan materi oleh pemateri dari berbagai bidang, pemaparan materi dilakukan selama 20 menit untuk setiap pemateri. Setelah sesi pemaparan materi dilanjut dengan sesi kedua, yaitu sesi diskusi yang dipimpin oleh moderator. Sesi diskusi dilakukan selama 50 menit dengan mengambil beberapa pertanyaan dari audience yang telah bertanya di fitur chat Zoom yang kemudian di jawab langsung oleh keempat pemateri di Webinar Series CBC – Sapi Perah. Peserta yang menghadiri kegiatan webinar ini yaitu sebanyak 215 orang.
Pematerian pertama disampaikan oleh drh. Heru Setyo Prabowo (Head of Dairy Farm Development PT. Greenfields Indonesia) dengan tema “Urgensi Industri Susu di Era Adaptasi Kebiasaan Baru dalam Menjaga Pasok dan Kualitas Susu”. Pada industri peternakan sapi perah, kegiatan operasional dan kegiatan khusus merupakan hal yang penting. Kegiatan operasional tersebut meliputi pemberian pakan, pemerahan susu, reproduksi, hingga pengecekan kesehatan hewan ternak. Untuk dairy farm, orang merupakan aset yang paling utama untuk menjalankan operasional farm. Oleh karena itu, di era pandemi Covid-19 ini kesehatan pegawai merupakan hal yang paling utama.
Tantangan paling utama di masa pandemic ini terdapat di hilirnya, yaitu pada marketing. Karena pandemi memaksa semua cafe, rumah makan, dan mall untuk tutup membuat akses orang terhadap produk susu terbatas. Sehingga penjualan produk greenfield menurun selama dua minggu pertama dilaksanakannya PSBB. Namun, perlahan-lahan kembali normal walaupun tidak mencapai hasil yang sama pada saat sebelum pandemi berlangsung.
Pematerian kedua disampaikan oleh Dedi Setiadi (Ketua Umum Gabungan Koperasi Susu Indonesia) dengan tema “Peran Koperasi Susu di Era Adaptasi Kebiasaan Baru”. Persusuan pada masa pandemi ini belum banyak mendapatkan persoalan. Hal ini dikarenakan Indonesia baru memasok 22% dari kebutuhan nasional (BPS, 2020). Sisanya yaitu 78% dipasok dari impor dalam bentuk skinny liquider, yang menjadi persoalan adalah ketika ada masalah di pemasaran pada produk susu yang nantinya akan berdampak pada peternak yang men-supply susu.
Koperasi memiliki anggota yang sangat banyak. Jika melakukan penampungan susu yang dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari, sekali penampungan itu bisa mencapai 200 hingga 300 orang. Maka ketika ada himbauan mengenai pandemi ini GKSI langsung mengeluarkan surat kepada koperasi susu dan anggotanya untuk menerapkan protokol kesehatan.
SOP serta manajemen pemeliharaan sapi perah yang dilakukan peternak di era adaptasi kebiasaan baru sebenarnya tidak ada perubahan antara sebelum pandemi maupun sesudah pandemi. Namun saat ini lebih ditekankan lagi untuk diterapkan kepada para peternak untuk meningkatkan dan mempertahankan kualitas susu.
Pematerian ketiga disampaikan oleh Dhony Pratama S.Pt., M.M (Owner Susu Mbok Darmi) dengan tema “Strategi Pemasaran Pengolahan Susu di Era Adaptasi Kebiasan Baru”. Nama “Susu Mbok Darmi” ini merupakan kiasan makna untuk memperkuat daya tarik konsumen, Agar first looking orang itu tertarik dan ditambah dengan tagline untuk menambah daya tarik orang-orang. Saat ini Susu Mbok Darmi sudah on-going ke 33 outlet yang tersebar di JABODETABEK. Untuk data konsumen Susu Mbok Darmi ini memiliki konsumen sebanyak 70% wanita, 20% laki-laki, dan 10% ojek Online. Era “new normal” harus dijadikan peluang dengan melebarkan sayap ke berbagai tempat. Hal ini dikarenakan pada era adaptasi kebiasaan baru ini perusahaan lain banyak meninggalkan space atau tempat yang sebenarnya strategis. Selain itu ojek online juga dapat dimanfaatkan sebagai peluang dengan melakukan promo-promo yang ada di aplikasi ojek online. Hal ini bisa diangkat oleh UMKM lainnya. Walaupun profit berkurang, tapi nama brand menjadi lebih terlihat di mata konsumen.
Pematerian keempat diberikan oleh Tika Kartika, S.P. (Kepala Seksi Pengolahan Non Pangan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan) dengan tema “Regulasi Kesehatan Hewan dan Peternak di Era Adaptasi Kebiasaan Baru”. Dampak Covid-19 ini bukan hanya berdampak secara nasional namun berdampak juga secara global. Selain itu berdampak kepada seluruh aspek ekonomi tidak hanya pertainan tapi juga di bidang usaha lainnya. Sehingga menyebabkan beberapa perubahan juga pada struktur ekonomi dan perilaku pola hidup masyarakat.
Strategi dan kebijakan Ditjen PKH untuk peningkatan konsumsi produk peternakan yaitu ada diversifikasi dan inovasi produk, supaya konsumen memiliki banyak pilihan untuk mengonsumsi susu misalnya dalam bentuk produk olahan lain. Selain itu, Ditjen PKH mempunyai program untuk mengusulkan susu sebagai BAPOKTING (Bahan Pokok Penting). Selain itu susu diupayakan memiliki dasar hukum yang bisa menguatkan pemerintah dalam pengembangan di bidang persusuan. Kementrian pertanian melalui Ditjen PKH telah mengusulkan susu sebagai BAPOKTING melalui mekanisme pengajuan ke kemenko perekonomian, juga sudah menyusun kajian mengenai susu dan nanti tinggal diputuskan di rakon meteri. Terdapat juga implementasi pengembangan jaringan pemasaran hasil peternakan berbasis digital dengan melakukan kerjasama dengan marketplace dan start up agar bisa memanfaatkan situasi saat ini. Oleh karena itu, kerjasama ini diharapkan bisa mempermudah dalam melakukan pendistribusian susu.
Era Adaptasi Kebiasaan Baru tidak terlalu berdampak pada industri persusuan karena tidak ada perubahan signifikan yang terjadi, baik pada manajemen pemeliharaan maupun konsumsi susu di masyarakat.
by: Divisi Penelitian dan Pengembangan